Jumat, 10 Juli 2020

MENGENAL SEJARAH ADAT YANG DIPERTUAN SUKU KOTO KINALI PASAMAN BARAT

"Mengenal Sejarah Adat Yang Dipertuan Suku Koto Kinali Pasaman Barat"


KATA PENGANTAR


    Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat lindungan dan hidayah-Nya jualah sehingga kami berhasil menyelesaikan penulisan tentang masalah Adat Daerah Kinali Pasaman Barat ini. Adapun penulisan ini kami beri judul " Mengenal Sejarah Adat Daerah Kinali Pasaman Barat,  Wilayah Yang Dipertuan Kinali ". 

 Penulisan Sejarah Adat Kinali ini kami maksudkan sebagai Pitua dan Amanat yang sesuai dengan Ranji dan Tambo Adat, guna untuk dipacik arek diganggam teguh oleh para cucu kemenakan sampai kemudian hari kelak.

Sedangkan penulisan ini kami buat berdasarkan rujukan dari berbagai sumber baik yang kami terima secara tertulis maupun secara tertulis maupun secara lisan, serta berdasarkan data-data dan dokumen-dokumen tentang Adat Wilayah Yang Dipertuan Kinali yang kami miliki. Namun kemudian kami tidak lupa mengucapkan terimakasi kepada :

  1.   Almarhum TK, St. Jamaludin Koto Yang Dipertuan Kinali ke Emapat
  2.   Almarhum Daulat Tk. Mudo Parit Batu yang ke Lima
  3.   Almarhum Tk. Majo Alif Daulat Parit Batu Yang ke Enam
  4.   Almarhum Mamak Misa Dt. Tanmandaro Kapunduang.
  5.   Almarhum Mamak Leman Dt. Simarajo Durian Tibarau.
  6.   Almarhum Bapak Lelek Dt. Sinaro Nan Panjang Lubuk Anau
  7.   Almarhum Mamak Gadang Angku AK Majo Sadeo Kampuang Dalam.   
Semua hidupnya mereka banyak memberikan keterangan-keterangan sejarah yang sempat kami catat, dan hal itu sangat membantu sekali dalam penulisan Sejarah Adat Daerah Kinali yang kami buat ini. Dan kami tidak lupa mengucap kan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah ikut serta membantu baik secara lansung maupun tidak secara lansung dalam penyelesaian penulisan masalah Adat Daerah Kinali Pasaman Barat ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa mungkin tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu agar untuk masa-masa yang akan datang lebih baik lagi, kami sangat mengharapkan sekali tegur sapa dari pembaca sekalian yang sifatnya membangun.

 
Kinali, Desember 2015
 
penulis


1. TK. H. Asrul, SE.,MH Yang Dipertuan Kinali
2. TK. ZB. Yang Dipertuan Kinali Pucuk Adat
    Kinali
3. Z.Abidin Tuanku Rajo Kinali 










BAB I 

PENDAHULUAN


       Mengenal Adat Minangkabau secara baik dan mengamalkannya secara murni dan konsekuensi akan dapat menunjang terwujudnya ketertiban dan keamanan Adat dalam masyarakat, sehingga dapat dijadikan sebagai modal utama dalam mensukseskan pembangunan disegala bidang. Demikian juga dengan halnya pengenaan terhadap Adat Minang Kabau yang tumbuh dan berkembang dalam Masyarakat yang kelestariannya perlu dijaga dan dipertahankan. 

Kehidupan masyarakat Minangkabau sejak dahulu kala terkenal dengan sangat dalam dan kuat dipengaruhi Adat dan Istiadat. Didaerah Kinali Pasaman Barat Adat Istiadat yang terkenal "Adat Tak Lapuak Dek Hujan, Tak Lakang Dek Paneh" , Sampai saat ini masih membudaya dalam Masyarakat begitu juga halnya dalam kehidupan sehari-hari, pepatah adat yang menyatakan "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah" Masih membudaya dalam Masyarakat Kinali.

Dengan demikian jelaslah bahwa peran Ninik Mamak, Alim Ulama, Cerdik Pandai, Bundo Kanduang, Dan para Pemuda sebagai pemangku Adat sangat menentukan sekali dalam kelancaran pembangunan baik masa yang telah lampau maupun masa yang akan datang ----
Maka eksistensi kesatuan Adat Masyarakat Adat yang telah hidup dan berkembang dalam Masyarakat perlu dipelihara, dibina, dan dilestarikan, Sehingga kesatuan masyarakat tetap utuh, tangguh, dan tanggap dalam mengikuti perkembangan sesuai dengan tuntutan Pembangunan Nasional.
Keadaan itu juga dapat dijadikan sebagai landasan bagi kelancaran penyelenggaran pelaksanaan pembangun serta peningkatan kesejahteraan Masyarakat dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya.
Begitu juga halnya dengan Adat Daerah Kinali Pasaman Barat. Pelaksanaan Adat yang sudah ada di Daerah kinali hendaknya tetap dibina, dipertahankan dan dilestarikan.
Dalam buku sederhana ini akan kita uraikan tentang berbagai masalah Adat Daerah Kinali Pasaman Barat. Adapun uraian itu kita fokuskan pada riwayat penyusunan Adat yang Dipertuan Kinali, Susunan Adat jo Limbago Yang Dipertuan Kinali, Fungsioner Adat yang Dipertuan Kinali, Dan akan juga membahas Tanah Ulayat dalam Wilayah yang Dipertuan Kinali Pasaman Barat.
Adapun maksud tujuan penulisan masalah Adat Daerah Kinali Pasaman Barat ini adalah untuk sebagai pitua dan Amanat yang sesuai dengan Ranji dan Tombo Adat, Guna untuk dipacik Arek, diganggam tangguah oleh para Cucu Kemenakan dikemudian hari kelak. 
Disamping itu buku ini sekaligus juga dimaksudkan sebagai bahan bacaan bagi Masyarakat, dengan maksud untuk lebih mengembangkan masalah Adat dan Kebudayaan Daerah Kinali Pasaman Barat yang sedang berkembang dan tumbuh dewasa ini, Seterusnya juga dimaksudkan sebagai untuk melaksankan amanat UUD 45 Pasal 18 yang menyatakan bahwa khususan Adat Daerah yang bersifat asli tetap dipelihara dan dipertahankan, dan juga sekaligus sebagai penerapan dari UUD 45 Pasal 32 tentang pengembangan Budaya Daerah. Semoga pada uraian Bab-Bab berikut ini akan memberikan kejelasan serta memudahkan dalam pemahaman terhadap Daerah Kinali Pasaman Barat.










BAB II

RIWAYAT BERDIRINYA ADAT DI KINALI PASAMAN BARAT 


  
   Lebih kurang 4,5 abad yang silam, Di Daerah Kinali terdapat Empat macam Kerajaan Adat Jahiliah, keempat Kerajaan Adat Jahiliah itu masing-masing adalah :
  1. Rajo Tuanku nan Panjang, beliau bersemayam di Koto Sibadaguang, Balareh Ampek Koto atau Daerah Simpang Empat Pasaman Barat sekarang, Rajo Tuanku nan Panjang ini waktu itu terkenal sebagai tokoh politik.
  2. Rajo Badarah Putiah, beliau bersemayam di Sarik Balareh Limo Koto atau Daerah Simpang Tigo Koto Baru sekarang. Raja ini waktu itu berkuasa terkenal dengan kezalimannya. Dan dalam kitab Undang-Undang Adatnya disebutkan bahwa Rajo Badarah Putiah itu "Kok Bahutang Pantang Membayar, Kok Manyalang Pantang Mamulangkan, Kok Mancancang Pantang Mamapek". Beliau lah yang bernama Rajo Badarah Putiah.
  3. Rajo Dibatuang Balareh Ampek Koto atau Didaerah Ampek Koto Kinali sekarang, Rajo ini terkenal sebagai Rajo yang zalim dalam kitab Undang-Undang Adat mereka disebutkan bahwa Rajo Dibatuang itu "Kok Tiduanyo Diateh Urang, Makannyo Basuok an, Laloknyo Diselimuti, Mamanggang Lauak Masak Ditangan, makan gajahnyo saratuih limo puluah sukek padi sehari semalam". Semuanya itu di bebankan kepada rakyatnya sendiri. 
  4.  Rajo di Kinali Balareh Anam Koto yaitu :  
           4.1. Koto Bandua Balai, Basuku Koto.
           4.2. Koto Sabatagak, Suku Melayu.
           4.3. Koto Panjang, Suku Jambak.
           4.4. Koto Labuak Talang, Basuku Jambak.
           4.5. Koto Dalam, Basuku Jambak.
           4.6. Koto Bunuik, Basuku Pili.

   Keenam Koto ini disebut juga Daerah Kinali Kaciak, Dan dalam Kitab Undang-Undang Adatnya disebutkan bahwa , "Jikok Sapakat Manjadi Rajo, Jikok Pacah Manjadi Basa". Masih dalam Kerajaan zaman kezaliman, kira-kira tahun 1540 Rajo Dibatuang di Ampek Koto melakukan kezalimannya terhadap rakyat nya sendiri.
    Ketika itu adalah satu pihak suku Sikumbang Kampuang Sungai Paku mengadakan alek perkawinan, saat anak daro dan marapulai sedang basandiang, maka tibalah Rajo Dibatuang untuk merampas anak daro tersebut, serta lansung dibawa keistana Rajo, guna untuk diperkosanya untuk sekehendak hatinya. sejak saat itu maka tidak merasa senang terhadap Rajo Dibatuang yang melakukan perbuatan diluar prikemanusiaan itu.
 
    Karena kejadian kezaliman Rajo Dibatuang itu maka berangkat lah salah satu pihak waris Suku Sikumbang Kampuang Sungai Paku untuk menemui Rajo Kinali, serta menyampaikan kepada Rajo Kinali atas duka citanya yang tertindas oleh Rajo Dibatuang. 
    Setelah Rajo Kinali menerima berita sedih yang sedemikian itu maka Rajo Kinali langsung menghimbau Manti dan Dubalang serta orang-orang yang gagah berani maka diadakan lah kesepakatan untuk memerangi Rajo Dibatuang Ampek Koto tersebut. 

    Maka diutuslah beliau Imbang Langit Sirah Dado Suku Sikumabang Aia Meruap sebagai Panglimo Perang untuk memerangi Kerajaan Rajo Dibatuang.
    Berangkat lah beliau Imbang Langit Sirah Dado dan rombongan sampai ke Istana Rajo Dibatuang maka dengan cara taktik politik perang, maka Rajo Dibatuang mengalami kekalahan akhirnya lari ke Daerah Mandailiang dan disitu lah Rajo Dibatuang bertahan. Dan akhirnya Daerah itu  banamo Nagari Batahan.

    Kemudiaan karena Kerajaan Rajo Dibatuang telah mengalami kekalahan sudah hancur dan musnah maka semua alat-alat sako dan pusako Rajo Dibatuang serta hutan tanahnya diserahkan kepada Rajo Kinali.
    Sedangkan rakyat Rajo Dibatuang diserahkan menjadi orang awam pada Rajo Kinali.
    Dengan keputusan bahwa semua Rakyat Ampek Koto Kinali serta hutan Tanah Ulayatnya langsung dipegang oleh Kekuasaan Rajo Kinali dan mengenai sako Rajo Dibatuang sudah disimpan kepada Peti Nan Bagewang di Koto Dalam Kinali.
   Berikutnya setelah beberapa tahun Kerajaan Rajo Dibatuang kalah dan lenyap maka terjadi pula pertentangan hebat antaro Rajo Tuanko Nan Panjang di Sibadaguang dengan Rajo Badarah Putiah di Limo Koto Sariak. 

    Perperangan ini terjadi disebabkan karena Rajo Badarah Putiah tidak mau memulangkan pakaian Adat pada Rajo Tuanku Nan Panjang, kemudian Rajo Badarah Putiah tidak mau memulangkan pakaian tersebut kepada Rajo Tuanku Nan Panjang, dan setelah beberapa kali Rajo Tuanku Nan Panjang meminta pakaian tersebut kepada Rajo Badarah Putiah, Rajo Badarah Putiah itu membangkang dan membanggakan dirinya dengan mengatakan bahwa, "Saya ini adalah bernama Rajo Badarah Putiah, Yaitu Kok Manyalang Pantang Mamulangkan, Berhutang Pantang Mambayia, Mancancang Pantang Mamapek".  
  
     Sebab itulah Rajo Tuanku Nan Panjang merasa sakit hati, pada Rajo Badarah Putiah.
Kemudian tidak beberapa lama berselang, Rajo Tuanku Nan Panjang tetap menjalankan politiknya
untuk segera memerangi Rajo Badarah Putiah itu.
    Akhirnyo Rajo Tuanku Nan Panjang dengan suatu rahasia telah dapat mengadakan hubungan dengan salah satu penjaga pintu Istana Rajo Badarah Putiah yang bergelar Sinaro, suku tanjuang. Dengan suatu perjanjian yaitu, "Bila mana datang rombongan Rajo Tuanku Nan Panjang untuk memerangi Rajo Badarah Putiah, maka pihak Sinaro akan segera membukakan pintu Istana. Dan kemudian bila mana Rajo Badarah putiah sudah kalah atau mati, maka Rajo Tuanku Nan Panjang telah menjanjikan kepada Sinaro, maka Sinaro akan diangkat menjadi basa serta diberi Kekuasaan untuk memegang Luhak Nan Saparampek di Koto Baru". 

  Selanjutnya setelah diadakan ini maka Rajo Tuanku Nan Panjang langsung berangkat untuk menemui Rajo Kinali secara persaudaraan. Rajo Tuanku Nan Panjang meminta bantuan kepada Rajo Kinali, untuk mengadakan perperangan serentak, dan permintaan ini dikabul kan oleh Rajo Kinali memerangi Rajo Badarah Putiah di Limo Koto Sariak.
   Maka setelah tiba saatnya pada hari yang telah ditentukan ternyata Rajo Kinali lebih dahulu datang, sedangkan Rajo Tuanku Nan Panjang belum juga datang.
   Karena itu maka Rajo Kinali serta rombongan langsung naik ke Jenjang Istano Rajo Badarah Putiah, setelah pintu dibuka oleh Sinaro dan kira-kira jam sebelas Siang, maka Rajo Badarah Putiah berhasil ditangkap serta langsung dibunuh mati oleh Rajo Kinali.
   Kemudian setelah Rajo Badarah Putiah sudah mati barulah datang rombongan Tuanku Nan Panjang ketika itu ( tahun 1540 ) berkatalah Rajo Kinali, "Ba'a Kok Talambek Daulaik Datang? "kemudian dijawab oleh Rajo Tuanku Nan Panjang" Iyo Yang Dipertuan, Sebab kami talaik datang, karano kami banyak halangan dan rintangan dijalan". Jawab Rajo Tuanku Nan Panjang. 
   
   Terakhir diadakan perundingan antaro Rajo Kinali dengan Rajo Tuanku Nan Panjang. 
Isi perundingan itu yakni karena Rajo Badarah Putiah sudah kalah atau mati, mako Rajo Kinali tetaplah dipanggil Yang Dipertuan Dan Rajo Tuanku Nan Panjang tetap juga dipanggil gelar Daulat. 
   "Sedangkan mengenai hasil kemenangan diputuskan sebagai berikut : 
  1.  Mengenai semua rakyat serta sako dan pusako Rajo Badarah Putiah, dipulangkan kepada Daulat Parit Batu.
  2.  Semua hutan tanah ulayat Rajo Badarah Putiah dipulang kan kepada Yang Dipertuan Kinali yang batas-batasnya sebagai berikut.
           "Mulai dari Anak Aia Sansang sampai Kebatang Aia terus kahilie Batang Ampu" 
     Setelah itu maka berakhirlah Kerajaan Adat Jahiliah di Daerah Kinali Pasaman Barat.
Berakhirnya kerajaan jahiliah ini terjadi kira-kira tahun 1540. Dan sejak itulah maka secara garis besarnya daerah pasaman Dan Kinali tibalah saatnya untuk menyusun Adat yakni, "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah" , Dan akhirnya berdirilah Rajo Ampek Selo di Daerah Pasaman. Adapun Rajo Ampek Selo tersebut adalah sebagai berikut : 
  1. Yang Dipertuan Kinali untuk Wilayah Kinali Pasaman.
  2. Daulat Parit Batu di Parit Batu Pasaman.
  3. Yang Dipertuan Padang Nunang di Padang Nunang.
  4. Bagindo Kali di Kumpulan Pasaman
          Keempat Rajo Selo ini menurut Undang-Undang yang mereka buat antara lain berbunyi :
"Samo-samo Titiak Di Batu, Antiak Samo-Samo Jadi Jogalombang, Pucuaknyo Samo-Samo cewang Ka Langik, Dan Urek-Urek nyo Samo-Samo Jum Jam Kapitalo, Samo-samo Berhulu dari gunuang, dan jugo samo-samo bamuaro ka lauik" . Dan didalam pidato Adat Minangkabau disebutkan bahwa Rajo Ampek Selo di Pasaman itu adalah "Tumbuakkan sambah dari Rajo Pagaruyuang". 










BAB III

RIWAYAT PENYUSUNAN ADAT YANG DIPERTUAN KINALI
PASAMAN BARAT


    Kedatangan Tuanku Nan Pengka memasuki Daerah Kinali Kaciak Anam Koto ternyata mendapat sambutan dari Masyarakat, apalagi Tuanku Nan Pengka ini terkenal orang yang kuat dan orang yang bagak, sehingga Tuanku Nan Pengka ini disegani oleh Masyarakat Anam Koto Kinali Kaciak itu.

    Tuanku Nan Pengka itu bukanlah Rajo bukan pula keturunan Rajo. Tetapi karena Tuanku Nan Pengka ini terkenal sebagai orang yang bagak ( Pemberani ), dan karena keberaniannya itu diangkatlah beliau sebagai Rajo oleh Masyarakat Kinali, serta sekaligus membawakan gelar Sutan di Kinali. Disamping itu ia juga terkenal sebagai "Sitang Anak Sibagitang, Simamoran Pandai Besi".
 
   Seterusnya sekitar tahun 1540 dengan takdir ilahi maka terjadilah perkawinan antara Tuanku Nan Pengka dengan Putri Intan Suri bersuku Koto yang bertempat tinggal di Bandua Balai, atau Kapunduang sekarang. Putri Intan Suri ini terkenal sebagai wanita yang cantik molek berambut panjang dan berkulit putih, dan Putri Intan Suri berasal dari Simpang Belahan Rajo Adat yang Dipertuan  Pagaruyuang, BatuSangkar. Sedangkan Tuanku Nan Pengka berasal dari Anak Nan Dua Sebuayan, Ditepi sungai Sibiluan, Daerah Koto Sibadaguang.
    
   Selanjutnya dari hasil perkawinan itu, maka Tuanku Nan Pengka dikarunia tiga orang anak, satu orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan.
Anak laki-laki diberi nama Malanca, Sedangkan anak yang kedua diberi nama Putri Danunilam, dan anak yang ketiga juga diberi nama Putri Warno Suri. Dari sinilah asal mulanya suku koto yang ada dikampung KINALI sekarang ini.

   Karena beliau Tuanku Nan Pengka telah dituokan atau di Rajokan oleh Masyarakat Kinali, maka beliau Tuanku Nan Pengka bersama anak istrinya langsung pindah ke pangkalan Batang Sikinari dengan membuka Dusun dan Tarak di tepi Batang Kinali sekarang ini. Setelah beliau Tuanku Nan Pengka telah berusia tua, sedangkan anak laki-lakinya Malanca sudah pula Dewasa, maka kekuasaan Tuanku Nan Pengka sebagai di Tuo kan atau di Rajo kan di Kinali itu lansung diturunkan kepada anaknya Malanca.
    Dan atas kesepakatan Penghulu Nagari serta Rajo-Rajo Sa alam nyo maka sekitar tahun 1696 Dinobatkan St. Malanca suku Koto sebagai Rajo Adat yang Dipertuan Kinali Ke-I (1696-1761 ). 
    Seterusnya sekitar tahun 1761 St. Malanca Yang Dipertuan Kinali Ke-I itu meninggal dunia maka sebagai patah tumbuah hilang baganti, sehari hilang sehari timbua maka manjawek bondi selanjutnya adalah seorang kemenakannya yang bernama Tuanku siugamo Suku Koto, Dan sekitar tahun 1761 Dinobatkan Tuanku siugamo menjadi Yang Dipertuan Kinali yang Ke-II. 
 
   Tuanku Siugamo menjadi Yang Dipertuan Kinali Ke-II sejak tahun (1761-1821). 
Sekitar tahun 1821 Tuanku Siugamo Yang Dipertuan Kinali Ke-II itu meninggal dunia pula, 
dan selanjutnya sebagai patah tumbuah hilang baganti, sahari hilang sahari timbua, 
   maka yang manjawek bondi selanjutnya adalah seorang kemenakan nya yang bernama Tuanku Bagindo Marah Hakim suku Koto, Beliau dinobatkan menjadi Yang Dipertuan Kinali yang Ke-III suku Koto pada tahun 1821.

  Tk. Bagindo Marah Hakim menjadi Yang Dipertuan Kinali yang Ke-III sejak tahun 1821 hingga 1876.
Kemudian sekitar tahun 1876 Tuanku Bagindo Marh Hakim Yang Dipertuan Kinali Ke-III ini meninggal dunia, maka sebagai patah tumbuah hilang baganti, sahari hilang sahari timbua, maka yang manjawek bondi selanjutnya, diangkatlah seorang kemenakan yang bernama Tk. St. Jamaludin Suku Koto. Dan akhirnya Tk. St. Jamaludin pada tahun 1876 dinobatkan menjadi yang Dipertuan Kinali yang Ke-IV. Tk. St Jamaludin menjadi Yang Dipertuan Kinali Ke-IV sejak tahun 1876 hingga tahun 1929. 
    
   Semasa jabatan Yang Dipertuan Kinali dipegang oleh Tk. St. Jamaludin maka saat ini pula lah bertepatan dengan adanya zaman penjajahan, ketika itulah jabatan Yang Dipertuan Kinali di ambil oleh Kaum Yang bersuku JAMBAK. Dan pada tanggal 11 November 1929 oleh kalangan yang bersuku jambak dianggaplah M. Yunus , Durian Kilangan sebagai Yang Dipertuan Kinali. 
  Akhirnya pada tanggal 6 September 1973 M. Yunus Yang Dipertuan Kinali Ke-V meninggal dunia, Dan dikebumikan keesokan harinya tanggal 7 September 1973.
    
   Sejak tanggal 7 September 1973 hingga tahun 1976 terjadi kekosongan untuk memangku jabatan Yang Dipertuan Kinali, akibatnya dalam memutuskan untuk memangku jabatan Yang Dipertuan Kinali selanjutnya terjadi sangketa antara Kaum suku Koto dengan Kaum suku Jambak.
  Sangketa itu berlangsung selama tiga tahun, mulai tahun 1973 hingga tahun 1976.

 Akhirnya pada tanggal 4 Januari 1976 diadakan Musyawarah Adat bertempat digedung SD Inpres Simpang Empat dalam Musyawarah Adat itu Dihadiri oleh Para Ninik Mamak Kinali yaitu Urek Tunggang/Hakim Nan Barampek, Basa Nan Barampek, Hakim Nan Tongga, Serta Bandua Nan Barampek, dan lengkap semua Ninik Mamak, Cerdik Pandai, para Datuak-datuak , para Pemuka Masyrakat se Kanagarian Kinali. Dan dalam Musyawarah itu juga ikut dihadiri oleh Muspika Tk. II Pasaman, Dan Ketua DPRD Tk. II Pasaman. 
    Dan dari hasil Musyawarah itu sesuai dengan  ketentuan Adat yang berlaku di Kenagarian Kinali atau sesuai dengan ketentuan Alur yang patut tentang memutuskan dan menetapkan "Gelar Sako Dan Pusako Yang Dipertuan Kinali" .  yang dipersangketakan antara pihak ahli waris suku Koto dengan suku Jambak itu maka dengan suara bulat diputuskan bahwa : 

  1.  Pucuk Adat/Gelaran Yang Dipertuan Kinali adalah memang hak dan Sako milik persekutuan suku Koto.
  2.  Yang memangku gelar Yang Dipertuan Kinali selanjutnya adalah Tk. Zainul Bahri umur 30 Tahun suku Koto.
      Dan akhirnya pada tanggal 17 Januari 1976 hasil keputusan ini di umum kan kepada Masyarakat Luas oleh Tk. Mahara Josuthan Koto bersama Tuanku St. Zainal Abidin Koto. 
Seterusnya mengenai kenduri ( Measam Sako ) juga diumumkan akan diselenggrakan dengan seksama dan bijaksana dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya.

  Dan tidak lama kemudian tepat pada tanggal 6 Februari 1976 Dinobatkan Tk. Zainul Bahri suku Koto untuk memangku Jabatan Yang Dipertuan Kinali sejak Tanggal 6 Februari 1976, 
Beliau meninggal dunia pada Tanggal 19 September 1999 dan Jabatan Yang Dipertuan Kinali secara "Patah Tumbuah Hilang Baganti, Hidup Bakulipah, Mati Batungkek Bondi" kepada Tuanku Asrul Yang Dipertuan Kinali ( Adik Kandung dari Tk. Zainul Bahri Yang Dipertuan Kinali ) dan menjadi Yang Dipertuan Kinali sampai sekarang. 










BAB IV

SUSUNAN ADAT JOLIMBAGO YANG DIPERTUAN KINALI 


   I.       Bahwa berdirinya Rajo Adat Yang Dipertuan Kinali itu adalah, Bak Pucuak Bulek Baurek                      Tunggang, beserta Hakim Nan Barampek, Bandua Nan Barampek, Basa Nan Barampek,
            Jambak Nan Ampek Induak, andiko Basa Nan Batujuah, dan Talingkuang Luhak,
            kemudian Andiko Rajo, Anak  Nan Balimo, dan Talingkuang di Langgam.

  II.      Luhak Tampek badirinyo Basa, Langgam tampek badirinyo Rajo, Luhak Diagiah
           Balantak. Langgam Diagiah Babalero, Luhak Kadim dek Basa, Langgam Kadim Dek
           Rajo, Luhak Mempunyai Imam Basa, Katik Basa, Bilal Basa, serta Induak di Rumah 
           Gadang. Sedangkan Langgam mempunyai Kali Rajo, Imam Rajo, Katik Rajo, Bila Rajo
           serta Puti Nagari Rumah Puti Kinali.

 III.     Setelah kalah Rajo Dibatuang Balareh Ampek Koto, kalah diperangi oleh Rajo Kinali
           maka perlengkapan Sako Rajo Dibatuang serta rakyat dan hutan tanahnya dipulangkan
           kepada Rajo Kinali. Selanjutnya Adat Kinali telah ditetapkan dalam Undang-Undang
           Adat yang berbunyi bahwa Kinali itu terdiri dari, "Anam Koto Ateh, Ampek Koto
           Dibaruah, Ampek Sako Ditangah" . Yang disebut dengan Duo Sako yang Ditangah itu
           adalah Sako Rajo Dibatuang, Sako Basimpan Ka Peti Nan Bagewang, dan Sako yang
           Dipertuan Kinali Suku Koto, Kampuang Kinali, Sako Hidup.

 IV.      Juga disebut dalam Undang-Undang adat bahwa "Yang Dipertuan Kinali Adatnya
            Babingkah Tanah, Sedangkan Daulat Parit Batu Adatnya Babingkah Adat" .

           Sedangkan mengenai Tanah Ulayat Kinali terhadap Kampung Nan Bumampak adalah
           antaro Panghulu dengan Panghulu, atau antara Luhak dengan Langgam, telah ditentukan
           Inggan dan Sapadonyo, antaro Rajo dengan Rajo sakuliliang, adalah yang Dipertuan
           Kinali yang mempunyai Inggan dan Sepadan.

 V.      Mengenai Tanah Ulayat di Daerah IV Koto Kinali, adalah langsung dibawah kekuasaan
           Rajo Yang Dipertuan Kinali.










BAB V

DAFTAR FUNGSIONER ADAT YANG DIPERTUAN KINALI
PASAMAN  BARAT


  1.  Yang Dipertuan Kinali, suku Koto di Kampung Kinali asli.
  2.  Majo Sadeo, Suku Jambak, di Kampung Dalam Kinali.
      
      A.  Hakim Nan Barampek :

  1.   Rajo Magek Suku Sikumbang di Kampuang Lubuak Karak, Langgam Kinali.
  2.   Dt. Indo Mangkuto, Suku Piliang, di Kampuang Cubadak Langgam Kinali.
  3.   Dt. Bando Basa, basuku Koto di Parit Marus, Kampuang Kajai Langgam Kinali.
  4.   Dt. Bando Panjang, Suku Chaniago, di Kebun Bungo (Bancah Rambai) Langgam Kinali.

      B.   Bandua Nan Barampek :

  1.    Dt. Sinaro Nan Panjang, suku Chaniago Dikampung Lubuak Anau, Langgam Kinali.
  2.    Dt. Batuah, Suku Tanjuang di Kampuang Panco, Langgam Kinali.
  3.    Dt. Majo Basa, suku Melayu di Kampuang Lagan, Langgam Kinali. 
  4.    Dt. Jano Lela, suku Melayu di Kampuang Aur Serumpun, Langgam Kinali.   

      C.    Hakim Nan Tongga :

  1.   Imbang Langik, Suku Sikumbang Kampuang Air Meruap, Kinali 

      D.    Andiko Langgam : 

  1.   St. Majo Lelo, suku Pili di Katiagan, Langgam Kinali.
  2.   Nankodorajo, suku  Jambak di Mandiangin, Langgam Kinali.
  3.   Dt. Jalelo, Suku Jambak Dikampuang Jambu, Langgam Kinali.
  4.   Dt. Indo Marajo, suku Jambak di Silambau, Langgam Kinali.
  5.   Rajo Amat, suku Pili, di Aur Badidik, Langgam Kinali.
  6.   Dt. Majo Garang, suku Jambak, di Durian Dangka, Langgam Kinali
  7.   Dt. St. Bandaro, Suku Chaniago di Tempurung, Andiko Langgam Kinali.
  8.   Dt. Keadilan Rajo, suku Pili, Kampung Pili

     E.    Basa Nan Barampek

  1.   Dt. Simaharajo, suku Melayu di Durian Tibarau.
  2.   Dt. Kando Marajo, suku Jambak di Koto Panjang.
  3.   Dt. Tanmandaro, suku Koto di Bandua Balai Kapunduang.
  4.   Dt. Sanggo Marajo, suku Pili di Koto Bunut.

     F.    Andiko Basa di Anam Koto :

  1.   Dt. Danusatie, suku Pili di Kampuang Lambah.
  2.   Dt. Bunsu, suku Tanjuang di Tanjuang Medan.
  3.   Dt. Mangku Basa, suku Melayu di Durian Gadang.
  4.   Dt. Imbang Langit, Suku Sikumbang di Air Meruap.
  5.   St. Majo Lelo, suku Sikumbang, di Kapalo Banda
  6.   Dt. Kayo, suku Chaniago di Durian Kandang.
  7.   Dt. Majo Labiah, suku Jambak di Lubuak Talang.
  8.   Dt. Itam Putiah, suku Jambak di Kubu Aru.
  9.   Dt. Manti Manang, suku Chaniago di Padang Jirat.
  10.   Dt. Rajo Basa, suku Jambak, di Koto Panjang.

    G.   Anak Kamba di Kinali :

  1.   Dt. Rangkayo Basa, suku Tanjuang di Air Rau.
  2.   Dt. Majo Indo, suku Tanjuang di Sungai Balai

    H.   Penghulu Ampek Koto di Kinali :

  1.   Dt. Bando Kayo, suku Sikumbang di Sungai Paku.
  2.   Dt. Marajo, suku Pili di Kampuang Pisang.
  3.   Dt. Bandaro, suku Tanjuang di Rambah
  4.   Dt. Bagindo, suku Sikumbang di Kampuang Pinang.











Makam Tuanku Sutan Malanca Yang Dipertuan Kinali Ke-I Suku Koto Kampung Kinali

Wafat Tahun 1761











                                                     No. 1                                         No.2

Makam Tuanku Jamaludin Panjang Sunguik Suku Koto Kampung Kinali Yang Dipertuan Kinali Ke-IV Wafat Tahun 1929 (No.1) dan (No.2) Makam Tuanku Zainul Bahri Suku Koto Kampung Kinali Yang Dipertuan Kinali Ke-V Wafat Tahun 1999












Foto Tuanku Jamaludin Panjang Sunguik Yang Dipertuan Kinali Ke-IV Suku Koto Kampung Kinali 

Menjabat Tahun 1876 - 1929











Pedang Pusaka Yang Dipertuan Kinali











Tongkat Pusaka Yang Dipertuan Kinali










Foto Tuanku Zainul Bahri Yang Dipertuan Kinali yang Ke-V Suku Koto Kampung Kinali 

Menjabat Tahun 1976 - 1999










Keris Pusaka Yang Dipertuan Kinali Suku Koto Kampung Kinali











Meriam Tahun 1734 Peninggalan sejarah Kerajaan Kinali bertepatan dengan Tahun Sutan Malanca 

Menjabat sebagai Yang Dipertuan Kinali Yang Ke-I (Tahun 1696 - 1761)  Yang Ditemukan Terkubur

disamping Makam Sutan Malanca Kampung Kinali.










































= SURAT KETERANGAN/PERNYATAAN MENURUT ADAT =

















FATWA ADAT LAMO PUSAKO USANG
















STRUKTUR FUNGSIONER ADAT
DALAM
KERAJAAN ADAT KINALI ALAM MINANGKABAU




















TALI RANJI YANG DIPERTUAN
SUKU KOTO
RAJA KERAJAAN ADAT KINALI DI PASAMAN BARAT
(SAPIAH BALAHAN, KUDUANG KARATAN DARI PAGARUYUANG)
WILAYAH BUMI ALAM MINANGKABAU

















FATWA DAULAT YANG DIPERTUAN RAJO ALAM MINANGKABAU
PAGARUYUANG DARUL QOROR

Tentang 

KEABSAHAN TUANKU H. ASRUL, SE, MH
Selaku
YANG DIPERTUAN KINALI